A. LATAR BELAKANG
Sesudah PD I, diberbagai tempat
dalam jemaat kota Ambon, Lease dan Seram Selatan telah didirikan Perkumpulan
Pemuda Masehi, tetapi terpisah satu dengan yang lain. Perkumpulan Pemuda Masehi
ini bertujuan untuk mengumpulkan anak-anak muda di jemaat untuk berhimpun
setiap minggu dalam kegiatan-kegiatan ibadah. Hal ini muncul dari keinginan
untuk memikul tanggungjawab dalam segala bidang panggilan Kristen yang
bersumber pada kepentingan pemberitaan injil, kesaksian dan pelayanan gereja.
Mereka tidak mau hanya dijadikan sebagai objek pelayanan gereja semata-mata, tetapi
ingin terlibat bersama-sama dalam berbagai masalah gerejawi. Mereka malah
mendesak gereja untuk melihat dan memberikan tempat yang wajar bagi
keterlibatannya ke dalam gereja bersama para pelayan firman dan majelis jemaat.
Tahun 1925 dengan dipelopori oleh Ds.
E.A.A. de Vrede, di kota Ambon didirikan perkumpulan pemuda Kristen dengan
nama “De Dageraad (Fajar)” bagi pemuda-pemudi Kristen yang berbahasa
Belanda. Di kepulauan Babar dalam Konperensi Guru-Guru tanggal 28-29 Oktober
1930 yang dilaksanakan di Tepa telah muncul keinginan untuk mendirikan
perkumpulan Pemuda Masehi. Pada tahun ini pula di pulau Kisar telah terbentuk
perkumpulan-perkumpulan Pemuda Masehi.
Pada tahun 1932 telah muncul desakan
dan suara-suara keras dari banyak kalangan dan perkumpulan Pemuda Masehi
untuk mempersatukan seluruh perkumpulan Pemuda Masehi di setiap jemaat, dan
mereka harus mempunyai seorang Sekretaris Umum (Algemene Secretaris). Semangat
dan dorongan dari berbagai tokoh Kristen untuk membentuk suatu gerakan Pemuda
Kristen di seluruh Maluku juga disampaikan dalam Konperensi Pemuda-Pemuda
Masehi Indonesia di Belanda pada bulan Desember 1930 yang diprakarsai oleh P.
A. Tiendas dan W. H. Tutuarima.
Keinginan untuk membentuk
perkumpulan Pemuda Masehi Maluku itu kemudian mendapat kekuatannya dalam Rapat
Proto Sinode yang sedang mempersiapkan berbagai hal bagi berdirinya Gereja
Protestan Maluku. Dalam rapat yang dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 1933
itu khusus dibicarakan tentang perkumpulan-perkumpulan Pemuda Masehi, dan tanggal
tersebut kemudian ditentukan sebagai Hari Berdirinya Organisasi Angkatan Muda
GPM.
Setelah itu, di pulau Ambon tidak
ada lagi perkumpulan-perkumpulan Pemuda Kristen di setiap jemaat yang berdiri
sendiri tetapi sudah menjadi satu Persatuan Pemuda Masehi Ambon (PPMA).
Pada tanggal 23 dan 24 Oktober 1934 di Gereja Batugantung (Rehoboth)
dilaksanakan Konperensi I dari pemimpin-pemimpin pemuda berbahasa Melayu
se-Maluku yang dihadiri oleh 200 orang peserta. Di Tanimbar, Rapat Umum I
diadakan pada bulan November 1937 untuk mempersatukan seluruh perkumpulan
pemuda di jemaat-jemaat yang dihadiri oleh 4000 orang.
Dengan terbentuknya Gereja Protestan
Maluku pada tanggal 06 September 1935 sebagai gereja yang berdiri sendiri,
makin memberikan dorongan untuk mempercepat proses bagi pembentukan satu
organisasi pemuda Kristen di dalam GPM.
B. PERSATUAN
PEMUDA MASEHI MALUKU ( PPMM )
Harapan dan keinginan gereja untuk
membentuk satu organisasi pemuda Kristen dalam GPM baru terwujud pada tahun
1940 dengan terbentuknya “Persatuan Pemuda Masehi Maluku (PPMM)” yang
menghimpun seluruh perkumpulan pemuda Kristen dalam wilayah pelayanan GPM.
Dalam musyawarah PPMM I
dibentuk Badan Pengurus lengkap yang dipimpin oleh Pdt. W. H. Tutuarima sebagai
Ketua dan Pdt. S. Marantika sebagai Penyurat. Sedangkan Peraturan Umum PPMM
telah disahkan sejak Sidang Sinode tahun 1938. Kedudukan Ketua PPMM ditunjuk
oleh Badan Pekerja Sinode GPM dan harus seorang Pendeta, dengan alasan bahwa
tujuan utama PPMM adalah untuk mempersiapkan pemuda gereja bagi tugas dan
tanggungjawab bergereja.
Moto PPMM dikutip dari Alkitab dalam
Kitab ALCHATIB (Pengkhotbah) 12 : 1a “INGATLAH CHALIKMU PADA MASA MUDAMU”,
sedangkan Lagu Wajib diambil dari Nyanyian Dua Sahabat Lama Nomor 141 : 1, 2
& 3 “BERJALAN DI TERANG”.
Melalui PPMM ini pula sejarah
gerakan oikumene pemuda Kristen dimulai seiring dengan hadirnya Ketua
Umum atas nama PPMM pada Konperensi Pemuda Kristen Sedunia di Oslo tanggal 21 –
31 Juli 1947.
Dalam Konperensi PPMM tanggal 31
Maret & 1 April 1948 diputuskan untuk merobah nama PPMM menjadi PPKM
(Persatuan Pemuda Kristen Maluku).
C. PERSATUAN
PEMUDA KRISTEN MALUKU ( PPKM )
Usulan perobahan nama PPMM menjadi
PPKM telah disampaikan dalam Sidang Sinode tahun 1948 tetapi baru diputuskan
dalam Sidang Sinode tanggal 14 – 21 Maret 1949 dan sekaligus menunjuk Pdt. M.
H. Loupatty sebagai Ketua Umum.
PPKM saat itu berada dalam
pergumulan rangkap sebagai wadah gereja dan wadah yang bergerak di
tengah-tengah suasana perjuangan bangsa dan kekacauan politik daerah yang
sangat mempengaruhi aktivitas organisasi. PPKM yang ikut bersama-sama seluruh
pemuda Kristen dan pemuda lainnya di Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan
harus kembali berhadapan dengan situasi politik daerah yang kacau seiring
dengan diproklamirkannya RMS pada tahun 1950. Kecuali ranting-ranting yang
hanya beraktivitas dalam rutinitas ibadah, seluruh aktivitas organisasi lainnya
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini merupakan tantangan berat bagi
Pengurus Besar dalam tugas koordinasinya untuk tetap memimpin dan mengarahkan
organisasi sesuai arah, tujuan dan misinya berdasarkan pada realita masyarakat
Indonesia yang merdeka.
Menyusul pelaksanaan Konperensi IV
Majelis Pemuda Kristen Oikumenis (MPKO) pada bulan April 1954 di Aula Institut
Theologia, PPKM melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Panti Pemuda
(kini Baileo Oikumene).
Sampai dengan tahun 1956, PPKM telah
menetapkan arah organisasi yang lebih jelas sebagai organisasi pemuda Kristen
yang lebih terbuka ke dalam dunia dan secara sadar mulai ditarik oleh arus
gerakan oikumene.
Seiring dengan situasi baru dalam
negara RI, maka PPKM dibawah pimpinan Pdt. W. Pelupessy sebagai Ketua
Umum dan F. M. Siahaya sebagai Sekretaris Umum pada tanggal 22 Juni 1961
merobah Anggaran Dasar PPKM dengan menambahkan bagian kalimat : “Berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945, maka PPKM berkewajiban turut serta dalam pembangunan
nasional di segala bidang.”
Dalam Kongres XIII PPKM di kota
Ambon pada tanggal 16 – 18 Juli 1962, ditetapkan beberapa keputusan penting dalam
sejarah perkembangan organisasi ini, yaitu :
·
Mengusulkan
kepada Sinode untuk mengubah nama PPKM menjadi Angkatan Muda GPM.
·
Bertekad
turut aktif dalam Trikora untuk mengembalikan Irian Barat ke dalam Wilayah
Indonesia.
·
Mengusulkan
supaya Ketua Umum adalah tenaga full time dan supaya generasi muda gereja lebih
mendapat perhatian khusus.
Dalam tahun pelajaran 1963/1964,
Pengurus Besar PPKM mendirikan Taman Kanak-Kanak yang diberi nama TALENTA.
D. ANGKATAN
MUDA GEREJA PROTESTAN MALUKU (AMGPM)
Pada tanggal 21 – 28 November 1965
dalam kongres PPKM XIV di Saparua, secara aklamasi ditetapkan perubahan nama
PPKM menjadi Angkatan Muda GPM. Pokok – pokok pikiran yang menjadi landasan
perubahan nama tersebut adalah :
·
Nama PPKM
terlampau umum padahal organisasi ini adalah organisasi pemuda GPM, dibentuk
dan diasuh oleh GPM.
·
Istilah “
Persatuan” terlampau statis dan kurang mempunyai prespektif yang dinamis sesuai
semangat kepemudaan.
·
Nama
Angkatan Muda GPM menunjuk kepada hakekat dinamis generasi ini dan sekaligus
menentukan warnanya sebagai organisasi pemuda Gereja dari GPM, tanpa adanya
suatu interpretasi yang lain.
Perubahan nama ini sekaligus juga
membuat perubahan dalam struktur organisasi dan kepemimpinan. Ketua umum dan
sekretaris umum dipilih langsung oleh Kongres dan disahkan oleh Sinode GPM.
Juga ditetapkan semboyan yang baru yaitu : KAMU ADALAH TERANG DUNIA (
Matius 5 : 14a ). Dan lagu wajib diintroduksir oleh Pdt. F. C. Lewier yang
ragamnya berlatarbelakang nyanyian Orang Musafir Yang Berkemah. Tanggal
23 – 30 Desember 1967 AMGPM melaksanakan Kongres XV di Kota
Ternate, yang memilih Pdt. P. Tanamal menjadi Ketua Umum dan H.F Siwabessy
sebagai Sekretaris umum. Kongres XVI dilaksanakan di Souhuru tanggal 29
Pebruari – 7 Maret 1971 yang memilih Pdt. P. Tanamal STh sebagai Ketua Umum dan
Pdt. L. Z. Raprap sebagai sekretaris umum. Kongres ini juga dihadiri oleh
utusan dari AMGPM di Nederland. Kongres XVII dilaksanakan di Leksula pada bulan
November 1972.
Setelah melewati pasang surut
perjalanan organisasi sampai dengan tahun 2000 dalam Kongres XXV di Kota
Ambon dilakukan perubahan terhadap batas usia keanggotaan dan perluasan
struktur pengurus, serta Moto baru yaitu KAMU ADALAH GARAM DAN TERANG DUNIA (
Mat. 5 : 13a & 14a ). Melalui Kongres ini pula dikeluarkan
rekomendasi untuk melaksanakan Kongres Istimewa II di Aboru pada tanggal 19
November 2001 untuk melakukan perubahan dan penyempurnaan terhadap AD/ART
AMGPM. Selanjutnya didalam MPP XVI di Weduar tanggal 9 November 2002 telah
disahkan logo, lagu wajib, dan tata tertib sidang – sidang.
Semuanya itu menapakkan sikap dan komitmen pemuda
Gereja dalam prespektif paradigma baru sebagai organisasi yang tumbuh dan
berakar pada Gereja serta bermuara pada masyarakat.
ConversionConversion EmoticonEmoticon